Jumat, 06 April 2012

BADAK JADI SIMBOL SITU BILEUD




Semua orang tahu, Situ Buleud merupakan salah satu obyek wisata di jantung  kota Purwakarta yang cukup asri dan nyaman bagi pengunjung. Penataan dan pengembangan kawasan ini yang terus berkelanjutan, telah membuat Situ Buleud makin diminati dan banyak dikunjungi para wisatawan. Berbagai fasilitas bagi pengunjung terus ditingkatkan. Misalnya untuk olah raga, telah disediakan jogging track. Atau bagi pencinta makanan, cukup banyak pilihan makanan yang dapat dinikmati seusai berolah raga.
Pesona wisata Situ Buleud setidaknya bukan cerita baru bagi warga di wilayah Purwakarta. Malahan, gaung tempat wisata ini pun suaranya berkumandang hingga di wilayah kabupaten tetangganya, seperti Karawang dan Subang, malahan sampai pada  warga yang berdomisili hingga di wilayah Bandung maupun Jakarta.

Situ Buleud  punya nilai historis bagi warga Purwakarta (dirintis pembangunannya pada tahun 1830 oleh pendiri Purwakarta, yaitu R.A. Suriawinata). Keberadaannya pun kini dipercantik lewat sentuhan karya estetika seni berbentuk patung badak putih. Turut menambah aura Situ Buleud berdiri kokoh Gapura Indung Rahayu menghadap lurus ke arah kantor Pemkab. Purwakarta. Faktor lainnya, ialah desain pagar Malati Sapasi yang memutari seluruh areal bibir situ dan wahana air kolam yang terdapat puluhan burung belibis maupun ikan-ikan yang sesekali terlihat melompat memercikan air di Situ Buleud.
Tidak jauh dari Situ Buleud, tempat bersejarah lain seperti Gedung Kembar dan Karesidenan, lokasi alun-alun Kiansantang serta Mesjis Agung yang diyakini turut memberi kontribusi bertambahnya pengunjung ke Situ Buleud.
Berbicara tentang Badak Putih, yang turut menghiasi sudut taman Situ Buleud, mungkin beberapa pengunjung bertanya-tanya. Mengapa patung Badak Putih dibangun di sekitar Situ Buleud? Dan menjadi simbol yang melekat dengan lokasi Situ Buleud.
Menurut keterangan seorang sesepuh Purwakarta yang juga Sekretaris Musyawarah Bersama Masyarakat Purwakarta dan anggota panitia penelusuran sejarah Purwakarta, R.H. Garsoebagdja Bratadidjaja, pada zaman dahulu Situ Buleud merupakan tempat “pangguyangan” (berkubang) badak yang datang dari daerah Simpeureun dan Cikumpay serta dijadikan pula tempat minum bagi binatang lainnya. Situ Buleud terbentuk karena ada mata air ditambah air hujan. Kemudian, pada zaman Belanda diperbesar. Karena dikhawatirkan airnya terus surut, dibuatlah saluran irigasi dari daerah Pasawahan. Selanjutnya, beliau menceritakan sebenarnya Situ Buleud sering dipergunakan untuk acara-acara keramaian besar, seperti memperingati hari ulang tahun Raja Belanda ataupun keramaian lain. Oleh karena itu di tengah-tengah danaunya dibuat panggung besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar