Jumat, 06 April 2012

PEMBANGUNAN PENDIDIKAN YANG BERBASIS NILAI – NILAI KESUNDAAN




altImplementasi pembangunan secara menyeluruh (holistic comprehenship) paling tidak harus memperhatikan aspek-aspek kebutuhan (need, drive, and motive) masyarakat lokal (local community), keseimbangan alam, nilai-nilai, filosofi hidup dan kehidupan masyarakat lokal (Contoh filosopi dalam Budaya Sunda: ”Hirup Kudu Jeung Huripna”, artinya bahwa selain kita berupaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi kita juga perlu memikirkan kelangsungan hidup di masa yang akan dating/kudu inget anak incu).
Tujuan akhir dari pembangunan adalah kesejahteraan masyarakat (social welfare) dalam arti sejahtera lahir dan bathin. Kesejahteraan lahir akan terkait dengan tingkat kehidupan baik yang menyangkut ekonomi maupun strata sosial, sementara kesejahteraan bathin akan berkaitan dengan believe system yang ada pada dirinya. Bagaimana manusia memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance) serta bagaimana cara dia mengaktualisasikan dirinya (self actualization), “Saha Urang, Keur Naon Urang, Jeung Rek Kamana Urang”.
Konsepsi pembangunan paling tidak akan terkait dengan tiga hal, yaitu: Pertama, tujuan dari pembangunan, yang secara umum diarahkan sebagai pola gerak yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare). Kedua, sasaran dari pembangunan, yaitu manusia berserta aktivitas-aktivitasnya yang didasarkan pada lingkungan alam, kondisi sosial dan supranatural. Ketiga, substansi/aspek dari pembangunan, yaitu meliputi pembangunan infrastruktur dan prasarana dasar, ekonomi, serta socio-cultural.
Manusia sebagai sasaran dan pelaku pembangunan merupakan fokus dan lokus dari pembangunan. Manusia sebagai sasaran diartikan bahwa tujuan pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat (social welfare), sedangkan sebagai pelaku pembangunan adalah menempatkan faktor manusia sebagai elemen yang melaksanakan aktivitas demokratis-partisipatif dalam pembangunan, mulai dari identifikasi kebutuhan (need assesment), perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi/pengendalian.
Penetapan tujuan pembangunan, sasaran pembangunan, penentuan substansi/aspek dari pembangunan, organ yang merealisasikannya adalah manusia. Pada posisi demikian, manusia bisa berperan sebagai subjek/pelaksana pembangunan (bagian dari input), dan berperan sebagai objek pembangunan (output dari pembangunan). Manusia adalah mahkluk sosial, bersifat dinamis, serta karena predikatnya sebagai makhluk sosial tersebut maka manusia juga merupakan makhluk yang berbudaya atau berkebudayaan. Makhluk yang berbudaya atau berkebudayaan adalah karena manusia memiliki pikiran dan perasaan, sehingga dengan kekuatan akal pikiran dan kekuasaan yang dimilikinya tersebut manusia dapat mencipta, dalam bentuk hasil cipta, karsa, dan rasa. Hasil-hasil tersebut secara umum misalnya terjelma dalam bentuk politik, ekonomi, sosial, teknologi, transportasi, komunikasi, religi. Sehingga sangat beralasan ketika ada upaya untuk melaksanakan proses pembangunan (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi) politik, ekonomi, sosial, teknologi, transportasi, komunikasi, dan religi yang berorientasi kepada budaya atau berbasiskan budaya lokal masyarakat setempat.
Titik sentral proses pembangunan pada saat ini terletak pada upaya, bagaimana suatu daerah mampu menciptakan sumber daya manusia yang unggul, membangun sektor ekonomi masyarakat lokal yang kokoh (rentan terhadap krisis moneter dan ekonomi), serta bagaimana suatu daerah mampu menjaga keseimbangan alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Selama ini proses pembangunan yang telah kita laksanakan, menyangkut sumber daya manusia, ekonomi masyarakat, serta lingkungan hidup yang terlalu berorientasi kepada konsep-konsep yang diadopsi dari konsep masyarakat Barat, sedangkan konsep tersebut secara kasat mata tidak sesuai dengan budaya masyarakat lokal setempat. Seandainya kita mau sedikit terbuka, dan mau berintrospeksi, terutama menyangkut Budaya Sunda, banyak nilai-nilai kesundaan yang berkaitan dengan orientasi pembangunan dalam bidang peningkatan sumber daya manusia, ekonomi, dan lingkungan hidup. Dalam bidang sumber daya manusia misalnya, bagi masyarakat sunda ada filosopi yang sudah tidak asing, yaitu membentuk peserta didik yang “Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer”. Konsep Cageur berkaitan dengan bagimana membentuk SDM yang sehat jasmani dan rohani, bageur berkaitan dengan bagimana membentuk SDM yang bermoral, tahu tata krama, tahu sopan santun, bener berkaitan dengan kepatuhan terhadap aturan, pinter berkaitan dengan bagimana membentuk SDM yang cerdas dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep singer terkait dengan masalah keterampilan.
“Sunda Nanjung Lamun Pulung Turun ti Galunggung”, merupakan uangkapan urang sunda yang mempunyai makna bahwa “orang sunda akan maju/gemilang (nanjung) kalau cahaya/sinar (pulung) memancar dari jati diri nan agung (galunggung). Mungkin ungkapan ini nyaris tak terdengar ditelinga kita, apalagi pada generasi muda pada saat ini, pada kalangan orang tua pun mungkin tidak banyak yang mengerti makna ungkapan tersebut.
Tiga makna ungkapan tersebut adalah (1) Sunda nanjung yang memiliki makna bahwa kita akan mencapai kegemilangan prestasi bila (2) Pulung yang maknanya cahaya/sinar memancar dari (3) Galunggung : yang berasal dari kata galuh (galih) artinya jatidiri yang agung (besar). Makna ungkapan tersebut memberi gambaran kepada kita bahwa bila kita ingin mencapai suatu prestasi yang gemilang maka kita perlu memiliki jatidiri yang besar. Besar disini mempunyai makna “Luhung Ku Elmu Jembar Ku Pangabisa” atau memiliki pengetahuan, wawasan, keterampilan yang lengkap serta memiliki sikap dan perilaku yang paripurna”. Bila semua itu terpancar dari diri orang sunda, niscaya kemajuan akan diraihnya.
Penjabaran dari makna tersebut, maka orang sunda harus banyak ilmunya, luas wawasannya, ahli dalam bidangnya serta bijaksana dalam tindakannya (adaptif) serta terintegrasi dengan lingkungannya. Kesemuanya diraih melalui proses belajar dan latihan pada paguron-paguron (perguruan) dengan penuh perjuangan. Nilai (Value) ungakapan di atas, memberi petunjuk kepada kita bahwa untuk mencapai suatu kemajuan perlu perjuangan melalui proses pendidikan dan pelatihan, karena pendidikanlah yang akan mengantarkan anak didik mempunyai wawasan, pengetahuan dan keterampilan, serta sikap dan nilai hidup.
Pembangunan Pendidikan Berbasis Kesundaan
Dasar Filosofi
Kalau seandainya kita mau sedikit terbuka, dan mau berintrospeksi, terutama menyangkut Budaya Sunda, banyak nilai-nilai kesundaan yang berkaitan dengan orientasi pembangunan dalam bidang peningkatan sumber daya manusia.. Bagi masyarakat Sunda filosopi tentang hal tersebut yaitu bagimana cara membentuk manusia yang berbasiskan “Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar