Di kawasan ini Anda tidak hanya akan menikmati kebun teh yang menghijau atau alam pegunungan yang segar, tetapi juga berbagai objek wisata yang sudah dikemas sedemikian rupa. Mulai dari kawasan camping ground, air terjun, sungai, flying fox, tracking, bird watching, sampai ke agrowisata kebun sayuran dan buah organik.Kawasan wisata alam Capolaga sebenarnya terdapat di Kab. Subang. Tepatnya di Kampung Panaruban, Desa Cicadas, Kec. Sagalaherang, Kab. Subang, Jawa Barat. Namun karena kawasan ini berada tepat di perbatasan Kab. Bandung, waktu tempuh ke kawasan ini tidak terlalu lama. Anda hanya akan menempuh waktu 1 jam dari arah Bandung, 1 jam dari Purwakarta, 30 menit dari Kota Subang, 30 menit dari Lembang, dan 15 menit dari Sagalaherang.Kawasan ini memiliki keindahan ekosistem Sungai Cimuja dan Sungai Cikoneng yang menghadirkan 4 air terjun unik. Keempat air terjun itu adalah Air Terjun Cimuja, Air Terjun Karembong, Air Terjun Sawer, dan Air Terjun Doa Badak. Keempat air terjun inilah yang menjadi daya tarik kawasan perkemahan Capolaga.
Starting point masuk kawasan ini dimulai
dari pintu masuk Capolaga Adventure Camp. Di tempat ini Anda bisa
membayar biaya masuk terlebih dahulu dan mendapatkan kantong keresek.
Buat apa? Mungkin itulah pertanyaan yang muncul. Bukankah dengan kawasan
alam yang segar pengunjung tidak akan mabuk atau muntah?Eits…tunggu
dulu! Ini kawasan reservasi bung! Kalau Anda ingin masuk dan
menikmatinya, tidak boleh buang sampah sembarangan. Kantong keresek
itulah yang menjadi tempat sampah mobile agar pengunjung tidak membuang
sampah di mana-mana.“Kita memang tidak menyediakan tempat sampah karena
cara itu akan menambah pekerjaan bagi pengelola. Bukan karena malas,
tetapi justru untuk mendidik kita semua untuk tidak membuang sampah
sembarangan,” ujar H.M. Tjetje Suhana, Direktur Capolaga Adventure
Camp.Sebenarnya, ada dua jenis pengunjung yang datang ke kawasan ini.
Pengunjung yang datang hanya untuk menikmati alam dan air terjun serta
pengunjung yang datang untuk menginap. Pengunjung jenis kedua biasanya
sudah melakukan reservasi terlebih dahulu karena biasanya rombongan dan
menginap, sedangkan pengunjung pertama bisa datang langsung saat itu
juga.Pengunjung rombongan berasal dari berbagai kalangan, ada mahasiswa
yang akan melakukan pengamatan alam, burung, ataupun sungai, karyawan
perusahaan yang akan outbound ataupun outing; sampai ke rombongan
ibu-ibu PKK ataupun darma wanita yang ingin melihat kebun sayur/buah
organik. Sementara itu, untuk pengunjung perorangan, ada juga lho yang
datang karena ingin meraup tuah dari air terjun.Para pengunjung yang
menginap, bisa bermalam di bawah tenda di blok-blok perkemahan yang
tersedia. Blok ini disesuaikan dengan posisi air terjun, ada blok
Cimuja, blok Karembong, blok Sawer, dan blok Goa Badak. Satu blok
perkemahan dapat menampung 50 orang dengan tarif tiap orang Rp 7.500,00
per malam.Sementara itu, pengunjung yang tidak mau menginap di tenda,
dapat menyewa pesanggrahan ataupun vila yang disediakan pengelola.
Tarifnya berkisar Rp 350.000,00 sampai Rp 1.250.000,00 dan dapat
menampung cukup banyak orang.**
KEISTIMEWAAN kawasan ini terletak pada keempat air terjunnya. Air terjun (curug dalam bahasa Sunda) pertama adalah Curug Cimuja. Curug ini terletak di kawasan paling hulu. Konon, menurut Tjetje, pada zaman dulu curug ini sering digunakan untuk memuja dan bersemedi memohon sesuatu.Pemujaan biasanya dilakukan pada malam hari dan bila sang pemuja sudah selesai menyampaikan doa-doanya, ia harus mandi pada malam hari di bawah tumpahan curug ini. “Tapi sekarang juga ada lho yang sengaja datang untuk melakukan semedi seperti itu,” ujar Tjetje.Curug kedua adalah Curug Karembong. Sesuai namanya, curug ini menyerupai karembong (selendang) yang “dikebutkan”. Derai airnya yang khas dapat dimanfaatkan untuk water teraphy. Bagi Anda yang sering pegal linu dan rematik, dapat mencoba keampuhan Curug Karembong ini.Curug berikutnya adalah Curug Sawer. Curug ini tinggi hanya 5 meter. Akan tetapi kalau airnya sedang besar, curug ini menyerupai bunga yang ditaburkan. “Makanya, namanya pun Curug Sawer. Sawer dalam bahasa Sunda kan bisa diartikan tabur bunga,” kata Tjetje.Di bawah tumpahan Curug Sawer terdapat kolam berukuran lebar. Anda bisa mandi di tempat ini. Namun sayang, Anda tidak diperkenankan menggunakan sabun mandi. Tujuannya tiada lain agar ekosistem di kawasan curug tersebut tidak terganggu.“Kalau mau pakai sabun atau sampo, mandinya di kamar mandi yang sudah disediakan saja,” unkap Tjetje seraya menambahkan, mandi di bawah curug ini bisa dilakukan dengan menggunakan dedaunan. Asyik ya, jadi kayak Tarzan!Curug yang terakhir adalah Curug Goa Badak. Di tempat ini Anda bukan hanya dapat menikmati keindahan curug setinggi 8 meter, tetapi juga kolam untuk berenang dan gua. Entah karena apa gua ini disebut gua badak. Akan tetapi, posisinya yang berada tepat di sebelah air terjun membuat gua ini cukup menarik.Jarak tempuh antar-curug yang satu dengan lainnya, berbeda. Jarak antara Curug Cimuja dan Curug Karembong lebih kurang 250 meter, Curug Karembong-Curug Sawer lebih kurang 250 meter, Curug Sawer-Curug Goa Badak lebih kurang 550 meter. Jadi, jika Anda menyambangi keempat curug tersebut, Anda sudah berjalan lebih kurang 1.250 meter!Meski jarak tempuh ini lumayan, Anda tidak akan merasa kelelahan. Udaranya yang segar dengan pepohonan hutan yang memayungi, Anda bisa terus dibuat penasaran untuk menuntaskan kunjungan ini sampai di Curug Goa Badak. Apalagi, di setiap curug Anda dapat rehat dulu sebentar sambil menikmati keindahan dan keistimewaan masing-masing curug.**JUMLAH kunjungan terbanyak, kata Tjetje, terjadi setiap akhir pekan. Waktu terlama menginap, pada umumnya 3 sampai 5 hari. Untuk perusahaan-perusahaan yang melakukan outbound ataupun outing dapat membawa konsumsi sendiri ataupun memesan kepada pengelola.Begitu juga bagi pengunjung perorangan atau keluarga. Bila memang tidak sempat membawa makanan dapat memesan makanan ke tempat pengelola. “Untuk minuman dan makanan ringan, selalu tersedia. Tetapi untuk permintaan makan bagi keluarga, biasanya harus pesan terlebih dahulu,” ujar Tjetje menerangkan.Sisi lain yang dapat Anda kunjungi adalah lahan sayur/buah organik yang dikembangkan Kandaga Organic. Lahan yang dikelola Nick Djatnika & Sari Koeswoyo dan rekan ini ditanami berbagai jenis sayuran dan buah organik. Aneka selada benih impor seperti red bowl salad, raddiccho rossa de treviso, pandero, lettuce, spinach, dll dapat Anda temui di tempat ini.Kalau kebetulan sedang panen, Anda dapat membawanya pulang. “Lumayan, kalau buah di kebun biasanya lebih murah. Padahal, ini sayuran organik lho. Dikembangkannya tidak menggunakan pestisida,” ujar Nick.Kebun organik ini, menurut rencana akan dikembangkan lebih jauh sebagai kebun pembelajaran yang bersifat ecotourism. Namun sayang, saat “PR” sowan ke lahan tersebut kebun itu baru saja diterjang angin besar sehingga sayuran dan buah organiknya rusak semua.Kawasan lain yang menarik dan berdekatan dengan Capolaga adalah kawasan penangkaran kupu-kupu. Tempatnya terletak tepat di depan Capolaga. Hanya karena keterbatasan waktu, “PR” tidak sempat melihat-lihat kawasan ini.Nah, jika Anda ingin lebih memberi “warna lain” dari kunjungan wisata Anda ke Kota Bandung, betapa menariknya kan kalau mencoba bertandang ke kawasan ini. Anda bisa mandi di bawah air terjun, menikmati hutan, bisa bermain flying fox, atau lainnya. Anda tertarik? Yuuk…! (Eriyanti/”PR”)***
KEISTIMEWAAN kawasan ini terletak pada keempat air terjunnya. Air terjun (curug dalam bahasa Sunda) pertama adalah Curug Cimuja. Curug ini terletak di kawasan paling hulu. Konon, menurut Tjetje, pada zaman dulu curug ini sering digunakan untuk memuja dan bersemedi memohon sesuatu.Pemujaan biasanya dilakukan pada malam hari dan bila sang pemuja sudah selesai menyampaikan doa-doanya, ia harus mandi pada malam hari di bawah tumpahan curug ini. “Tapi sekarang juga ada lho yang sengaja datang untuk melakukan semedi seperti itu,” ujar Tjetje.Curug kedua adalah Curug Karembong. Sesuai namanya, curug ini menyerupai karembong (selendang) yang “dikebutkan”. Derai airnya yang khas dapat dimanfaatkan untuk water teraphy. Bagi Anda yang sering pegal linu dan rematik, dapat mencoba keampuhan Curug Karembong ini.Curug berikutnya adalah Curug Sawer. Curug ini tinggi hanya 5 meter. Akan tetapi kalau airnya sedang besar, curug ini menyerupai bunga yang ditaburkan. “Makanya, namanya pun Curug Sawer. Sawer dalam bahasa Sunda kan bisa diartikan tabur bunga,” kata Tjetje.Di bawah tumpahan Curug Sawer terdapat kolam berukuran lebar. Anda bisa mandi di tempat ini. Namun sayang, Anda tidak diperkenankan menggunakan sabun mandi. Tujuannya tiada lain agar ekosistem di kawasan curug tersebut tidak terganggu.“Kalau mau pakai sabun atau sampo, mandinya di kamar mandi yang sudah disediakan saja,” unkap Tjetje seraya menambahkan, mandi di bawah curug ini bisa dilakukan dengan menggunakan dedaunan. Asyik ya, jadi kayak Tarzan!Curug yang terakhir adalah Curug Goa Badak. Di tempat ini Anda bukan hanya dapat menikmati keindahan curug setinggi 8 meter, tetapi juga kolam untuk berenang dan gua. Entah karena apa gua ini disebut gua badak. Akan tetapi, posisinya yang berada tepat di sebelah air terjun membuat gua ini cukup menarik.Jarak tempuh antar-curug yang satu dengan lainnya, berbeda. Jarak antara Curug Cimuja dan Curug Karembong lebih kurang 250 meter, Curug Karembong-Curug Sawer lebih kurang 250 meter, Curug Sawer-Curug Goa Badak lebih kurang 550 meter. Jadi, jika Anda menyambangi keempat curug tersebut, Anda sudah berjalan lebih kurang 1.250 meter!Meski jarak tempuh ini lumayan, Anda tidak akan merasa kelelahan. Udaranya yang segar dengan pepohonan hutan yang memayungi, Anda bisa terus dibuat penasaran untuk menuntaskan kunjungan ini sampai di Curug Goa Badak. Apalagi, di setiap curug Anda dapat rehat dulu sebentar sambil menikmati keindahan dan keistimewaan masing-masing curug.**JUMLAH kunjungan terbanyak, kata Tjetje, terjadi setiap akhir pekan. Waktu terlama menginap, pada umumnya 3 sampai 5 hari. Untuk perusahaan-perusahaan yang melakukan outbound ataupun outing dapat membawa konsumsi sendiri ataupun memesan kepada pengelola.Begitu juga bagi pengunjung perorangan atau keluarga. Bila memang tidak sempat membawa makanan dapat memesan makanan ke tempat pengelola. “Untuk minuman dan makanan ringan, selalu tersedia. Tetapi untuk permintaan makan bagi keluarga, biasanya harus pesan terlebih dahulu,” ujar Tjetje menerangkan.Sisi lain yang dapat Anda kunjungi adalah lahan sayur/buah organik yang dikembangkan Kandaga Organic. Lahan yang dikelola Nick Djatnika & Sari Koeswoyo dan rekan ini ditanami berbagai jenis sayuran dan buah organik. Aneka selada benih impor seperti red bowl salad, raddiccho rossa de treviso, pandero, lettuce, spinach, dll dapat Anda temui di tempat ini.Kalau kebetulan sedang panen, Anda dapat membawanya pulang. “Lumayan, kalau buah di kebun biasanya lebih murah. Padahal, ini sayuran organik lho. Dikembangkannya tidak menggunakan pestisida,” ujar Nick.Kebun organik ini, menurut rencana akan dikembangkan lebih jauh sebagai kebun pembelajaran yang bersifat ecotourism. Namun sayang, saat “PR” sowan ke lahan tersebut kebun itu baru saja diterjang angin besar sehingga sayuran dan buah organiknya rusak semua.Kawasan lain yang menarik dan berdekatan dengan Capolaga adalah kawasan penangkaran kupu-kupu. Tempatnya terletak tepat di depan Capolaga. Hanya karena keterbatasan waktu, “PR” tidak sempat melihat-lihat kawasan ini.Nah, jika Anda ingin lebih memberi “warna lain” dari kunjungan wisata Anda ke Kota Bandung, betapa menariknya kan kalau mencoba bertandang ke kawasan ini. Anda bisa mandi di bawah air terjun, menikmati hutan, bisa bermain flying fox, atau lainnya. Anda tertarik? Yuuk…! (Eriyanti/”PR”)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar